Experience Is The Best Teacher!

6.2.11 2 komentar
saya dan.... errr, adik saya ^_^
Mirip ngga?
Hari ini hari yang berat buat adik saya bahkan saya pun merasakan kesedihan yang dia alami karena saya pernah mengalami hal serupa. Apa sih yang dialami adik saya?

Adik saya ikutan lomba poster tingkat nasional yang diadakan secara umum. Dari 600 peserta yang ikut, adik saya akhirnya terpilih masuk 50 besar. Saya dan ibu saya sebagai anggota keluarga yang baik, tentu sama-sama merasakan kesenangan yang sama.

Kemudian, untuk bisa terpilih masuk 25 besar (yang dapet piagam adalah 25 besar ini), adik saya harus mengumpulkan video presentasi mengenai karya yang telah dia buat. Dengan semangat dan antusias yang sama dengannya, saya sebagai kakaknya berusaha membantu dia semaksimal mungkin mulai dari membuatkan naskah hingga bantu merekam dan tata rias. Jangan salah, biarpun saya mungkin tidak bisa memberi dukungan fisik, saya selalu men-support mental adik saya (begitulah cara kerja keluarga kami, kami selalu saling mendukung satu sama lain).

Usai semua persiapan kamu mulai proses perekaman. Awalnya adik saya ingin membuat rekaman di sekolah bersama kakak kelas yang ia selalu percaya. Tapi entah mungkin adik saya memang sedang apes, kakak kelasnya itu tiba-tiba membatalkan perjanjian dan dia tidak pernah datang ke sekolah malam itu! Bayangkan, saya sampai harus bolak-balik sekolah adek saya 4 kali cuma untuk mengantar jemput dia dalam jarak waktu 1 jam! Sungguh kakak kelas yang tak bisa saya mengerti.

Akhirnya proses rekaman pun berlangsung di rumah dengan mengandalkan peralatan sekedarnya. Kami tak punya video camcorder (ayah saya membawanya, dan beliau tinggal di luar kota). Jadilah kami menggunakan iPod touch sebagai alat rekam dan rekamannya berlangsung di kamar adik saya (cat tembok berwarna hijau).

Adik saya hampir putus asa karena dia tahu pengumuman 50 besar ini baru sore hari, padahalal wawancaranya berlangsung besok harinya. Terus saja saya menyemangati dia karena motto saya hard work must be regarded! Tapi perlu kita ketahui, meskipun semaksimal apapun usaha kita, kita tidak pernah tahu hasil yang bisa dicapai. Lagi pula ini lomba online, bisa saya human error ataupun gadget error, kita tak pernah tahu.

Esoknya, adik saya tak pernah mendapat e-mail dari pihak penyelenggara, padahal kakak kelasnya sudah diwawancara satu jam yang lalu dari waktu yang ditetapkan. Dalam hati saya meringis, rasanya ingin mencak-mencak, tapi jeleknya saya hanya pura-pura tidak peduli, agar adik saya tidak tambah panik. Saya hanya bisa menyarankan "Coba ditunggu dan refresh e-mailnya, mungkin sebentar lagi masuk." Tapi nyatanya e-mail dari panitia tidak pernah masuk. Saya kecewa, ingin rasanya saya menangis untuk adik saya.

Tapi adik saya bukan anak yang tidak tegar. Dia sudah pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini. Jatuh berkali-kali dan dicurangi pihak panitia, toh membuat dia jadi semakin belajar menerima kenyataan. Saya salut dengan adik saya, sekarang pun keinginannya untuk terus berkarya masih membara.

Lalu apa pelajaran atas kejadian ini? Saya dan adik saya belajar bahwa kesabaranmungkin adalah salah satu kunci sukses. Setiap perlombaan ada kemungkinan menang maupun kalah, kemungkinannya sama-sama 50%. Dan satu hal yang harus selalu kami ingat, kita selalu memulai perlombaan itu dengan harapan menang 50% di tangan!

Semangat ya adikku sayang! ^_^

2 komentar:

 

©Copyright 2011 Happily Ever After | TNB